Rabu, 11 Agustus 2010

MENELITI RIWAYAT INJIL TENTANG KISAH SALIB


Sekarang kami kemukakan hasil penelitian terhadap cerita-cerita Injil. Harus diingat bahwa tidak satupun di antara penulis-penulis keempat Injil itu yang menyaksikan sendiri apa yang terjadi pada peristiwa salib itu. Sebab, murid-murid Yesus dalam situasi yang gawat itu lari meninggalkan Yesus di tangan musuhnya (Matius 26:56). Oleh karena itu keterangan-keterangan yang mereka berikan hanya semata-mata berdasarkan cerita-cerita yang mereka dengar dari orang lain. Kesaksian mereka didasarkan pada riwayat yang didengar dari orang lain.

Selain itu dalam mengenai satu kejadian saja terdapat lebih dari dua puluh perbedaan yang cukup untuk tidak mempercayai cerita-cerita itu sendiri. Umat Kristen yang mengaku Yesus telah dibunuh tidak punya saksi mata yang menyaksikan peristiwa itu. Mereka hanya percaya pada cerita-cerita keempat penulis Injil yang menulis berdasarkan cerita-cerita dan perkiraan-perkiraan semata dengan memberi kesaksian yang berbeda-beda. Kami membuktikan bahwa cerita-cerita mereka itu bertentangan satu dengan yang lain. Menjadi undang-undang pengadilan-pengadilan di seluruh dunia, apabila berbagai kesaksian itu bertentangan satu dengan lainnya kesaksian itu dinyatakan gugur.


Sekarang kami kemukakan pertentangan-pertentangan itu sebagai berikut:


Pertama: Siapa yang memanggul salib ke Golgota, Yesuskah atau Simonkah?

Markus menulis:
“Pada waktu itu lewat seorang yang bernama Simon, orang Kirene, ayah Aleksander dan Rufus, yang baru datang dari luar kota, dan orang itu mereka paksa untuk memikul salib Yesus. Mereka membawa Yesus ke tempat yang bernama Golgota, yang berarti: Tempat Tengkorak (Markus 15:21-22).

Lukas menulis:
“Ketika mereka membawa Yesus, mereka menahan seorang yang bernama Simon dari Kirene, yang baru datang dari luar kota, lalu diletakkan salib itu di atas bahunya, supaya dipikulnya sambil mengikuti Yesus” (Lukas 23:26).

Matius menulis:
“Tetapi kejahatan apakah yang telah dilakukannya?” Namun mereka makin keras berteriak: “Ia harus disalibkan!” (Matius 27:23).

Yohanes memberikan keterangan yang berbeda sekali dengan ketiga keterangan di atas, dia menulis:
“Akhirnya Pilatus menyerahkan Yesus kepada mereka untuk disalibkan” (Yohanes 19:16).

Kedua: Apakah Yesus mengecap atau tidak anggur campur atau cuka sebelum digantung di kayu salib?

Matius menulis:
“Maka sampailah mereka di suatu tempat yang bernama Golgota, artinya: Tempat tengkorak. Lalu mereka memberi Dia minum anggur bercampur empedu. Setelah Ia mengecapnya, Ia tidak mau meminumnya” (Matius 27:33-34).

Markus menulis:
“Lalu mereka memberi anggur bercampur mur kepadaNya, tetapi Ia menolaknya.” (Markus 15:23).

Dalam keterangan Matius dikatakan bahwa Yesus telah “minum anggur bercampur empedu setelah dikecapnya, maka tiadalah Ia mau meminumnya. Sedangkan dalam keterangan kedua (Markus) dikatakan: “tidak menerimanya”. Akan tetapi dua saksi lainnya (Yohanes dan Lukas) tidak menyebutkan peristiwa itu sama sekali.

Ketiga: Cerita cuka di kayu salib.

Lukas tidak menyebut apa pun tentang peristiwa itu.
Yohanes mengatakan:
“Sesudah itu, karena Yesus tahu, bahwa segala sesuatu telah selesai, berkatalah Ia – supaya genaplah yang ada tertulis dalam Kitab Suci : “Aku haus!” Di situ ada suatu bekas penuh anggur masam. Maka mereka mencucurkan bunga karang, yang telah dicelupkan dalam anggur masam, pada sebatang hisop lalu menunjukkan ke mulut Yesus. Sesudah Yesus meminum anggur masam itu, berkatalah Ia: “Sudah selesai.” Lalu Ia menundukkan kepadaNya dan menyerahkan nyawaNya” (Yohanes 19:28-30).

Markus mengatakan:
“Dan pada jam tiga berserulah Yesus dengan suara nyaring: “Eloi, Eloi lama sabakhtani?” yang berarti: AllahKu, AllahKu, mengapa Engkau tinggalkan Aku? Mendengar itu, beberapa orang berdiri di situ berkata: “Lihat, Ia memanggil Elia.” Maka datanglah seorang dengan bunga karang, mencelupkannya ke dalam anggur asam itu dan mencucurkannya pada sebatang buluh dan memberi Yesus minum serta berkata: “Baiklah kita tunggu dan melihat apakah Elia datang untuk menurunkan Dia” (Markus 15:34-36).

Matius mengatakan:
“Mendengar itu, beberapa orang yang berdiri di situ berkata: “Ia memanggil Elia.” Dan segeralah datang seorang dari mereka; ia mengambil bunga karang, mencelupkannya ke dalam anggur asam, lalu mencucurkannya pada sebatang buluh dan memberi Yesus minum. Tetapi orang-orang lain berkata: “Jangan, baiklah kita lihat, apakah Elia datang untuk menyelamatkan Dia” (Matius 27:47-49).

Ketiga kesaksian ini bertentangan. Yohanes mengatakan Yesus berkata: “Aku haus”, dia sendiri menyatakan keinginannya untuk minum. Tetapi dua saksi lagi mengatakan dia tidak minta air dan tidak pula mengatakan “Aku haus”. Lalu Yohanes mengatakan bahwa “mereka” mengenakan lumut pada mulut Yesus. Matius dan Markus mengubah kata “mereka” menjadi “seorang”. Antara Markus dan Matius juga terjadi beda pendapat. Markus mengatakan, seorang yang memberi lumut, dia mengatakan: “Janganlah, kita lihat: kalau-kalau Elias datang menyelamatkan Dia”. Matius tidak mengatakan seorang, melainkan “mereka yang lain” yang mengatakannya.

Keempat: Kapan Almasih dipantek di kayu salib?

Matius dan Lukas tidak menerangkan secara jelas tentang waktu dinaikkan di atas kayu salib. Tetapi Yahya (Yohanes) mengatakan:
“Hari itu ialah hari persiapan Paskah, kira-kira jam enam. Kata Pilatus kepada orang-orang Yahudi itu: ‘Inilah rajamu!’ Maka berteriaklah mereka: ‘Enyahkan Dia! Enyahkan Dia! Saliblah Dia!’ Kata Pilatus kepada mereka: ‘Haruskah aku menyalibkan rajamu?’ Jawab imam-imam kepala: ‘Kami tidak mempunyai raja selain dari pada Kaisar!’ Akhirnya Pilatus menyerahkan Yesus kepada mereka untuk disalibkan” (Yohanes 19:14-16).

Riwayat-riwayat ini mengungkapkan bahwa Yesus disalibkan sesudah pukul enam, yaitu tengah hari. Tetapi Markus menerangkan yang sebaliknya.
“Hari jam tiga ketika ia disalibkan” (Markus 15:25).

Jadi, seorang saksi mengatakan pukul enam dan seorang saksi yang lain mengatakan pukul tiga. Dapatkah kesaksian-kesaksian ini dipercayai?

Kelima: Apakah kedua-dua penyamun itu menyindir Yesus? Atau cuma satu?

Matius mengatakan:
“Bahkan penyamun-penyamun yang disalibkan bersama-sama dengan Dia mencela Dia juga” (Matius 24:44).

Markus mengatakan:
“Bahkan kedua orang yang disalibkan bersama-sama dengan Dia mencela Dia juga.” (Markus 15:32).

Saksi ketiga, Lukas membantah dua saksi itu, mengatakan:
“Seorang dari penjahat yang digantung itu menghujat Dia, katanya: ‘Bukankah Engkau adalah Kristus? Selamatkanlah dirimu dan kami! Tetapi yang seorang menegur Dia, katanya: ‘Tidakkah Engkau takut, juga tidak kepada Allah, sedang Engkau menerima hukuman yang sama?” (Lukas 23:39-40).

Keterangan ketiga orang saksi ini bertentangan secara mencolok. Dua saksi pertama mengatakan, yang mencela Yesus adalah kedua orang yang digantung bersama dia. Saksi ketiga mengatakan, tidak, yang mencela Yesus cuma satu orang, yang satu lagi malah membelanya. Saksi keempat yaitu Yohanes, diam sama sekali.

Keenam: Di mana dan berapa wanita hadir pada peristiwa itu?

Yohanes mengatakan:
“Dan dekat salib Yesus berdiri ibuNya dan saudara ibuNya, Maria, isteri kepada Klopas dan Maria Magdalena” (Yohanes 19:25).

Lukas mengatakan:
“Semua orang yang mengenal Yesus dari dekat, termasuk perempuan-perempuan yang mengikuti Dia dari Galilea, berdiri jauh-jauh dan melihat semuanya itu” (Lukas 23;49).

Markus mengatakan:
“Ada juga beberapa perempuan yang melihat dari jauh, diantaranya Maria Magdalena, Maria Ibu Yakobus Muda dan Yoses, serta Salome” (Markus 15:40).

Matius mengatakan:
“Dan ada di situ banyak perempuan yang melihat dari jauh, yaitu perempuan-perempuan yang mengikuti Yesus dari Galilea untuk melayani Dia. Di antara mereka terdapat Maria Magdalena, dan Maria ibu Yakobus dan Yusuf, dan ibu anak-anak Zebedeus” (Matius 27:55-56).

Dari keterangan Yohanes jelas bahwa wanita-wanita itu berada dekat “dekat kayu salib” sedangkan keterangan lainnya mengatakan, “berdiri jauh-jauh dan melihat semuanya.” Anehnya Bunda Maria disebut hanya oleh Yohanes, lainnya semua tidak ada yang mengatakan apa-apa. Maria Magdalena menurut keterangan Yohanes, berada di dekat kayu salib. Menurut yang lain-lainnya, melihat dari jauh. Perbedaan keterangan-keterangan ini seperti perbedaan antara langit dan bumi.

Mengenai bilangan wanita yang berada di situ juga sangat berbeda: Apakah tiga atau empat, atau banyak?

Ketujuh: Apakah saat itu dunia seluruhnya diliputi kegelapan?

Matius menerangkan:
“Mulai dari jam dua belas kegelapan meliputi seluruh daerah itu sampai jam tiga.” (Matius 27:45).

Kata Markus:
“Pada jam dua belas, kegelapan meliputi seluruh daerah itu dan berlangsung sampai jam tiga.” (Markus 15:33).

Lukas mengatakan:
“Ketika itu hari sudah kira-kira jam dua belas, lalu kegelapan meliputi seluruh daerah itu sampai jam tiga” (Lukas 23:44).

Inilah kesaksian tiga saksi ini dan saksi keempat yaitu Yohanes tidak menyebutkan apapun tentang kejadian ini. Diamnya Yohanes sungguh mengherankan. Tidak masuk akal sama sekali bahwa Yohanes sebagai seorang yang suka melebih-lebihkan itu akan diam total, tidak bercerita tentang sesuatu mukjizat yang begitu besar. Hal ini juga menarik untuk direnungkan bahwa siapa dia yang menceritakan kepada ketiga-tiga saksi yang begitu polos itu bahwa dunia seluruhnya diliputi oleh suasana gelap. Keterangan mereka ini menunjukkan jelas-jelas bahwa orang-orang ini luar biasa polosnya dan sangat lugu, sampai-sampai mereka mengira bahwa desa mereka itulah “dunia seluruhnya”. Hal ini juga tidak dapat dipastikan bahwa Yerusalem waktu itu diliputi kegelapan. Namun sayang sekali sejarah tidak pernah menerangkan sesuatu yang membenarkan cerita itu.

Kedelapan: Hakikat seruan Yesus dan cariknya Bait Allah.

Matius mengatakan:
“Kira-kira jam tiga berserulah Yesus dengan suara nyaring: ‘Eli, Eli, lama sabakhtani?’ Artinya: AllahKu, AllahKu, mengapa Engkau meninggalkan Aku? Mendengar itu, beberapa orang yang berdiri di situ berkata: ‘Ia memanggil Elia.’ Dan segeralah datang seorang dari mereka; ia mengambil bunga karang, mencelupkannya ke dalam anggur asam, lalu mencucukkannya pada sebatang buluh dan memberi Yesus minum. Tetapi orang-orang lain berkata: ‘Jangan, baiklah kita lihat, apakah Elia datang untuk menyelamatkan Dia.’ Yesus berseru pula dengan dengan suara nyaring lalu menyerahkan nyawaNya. Dan lihatlah, tabir Bait Suci terbelah dua dari atas sampai ke bawah dan terjadilah gempa bumi, dan bukit-bukit batu terbelah, dan kuburan-kuburan terbuka dan banyak orang kudus yang telah meninggal bangkit” (Matius 27:46-52).

Matius mengatakan:
“Dan pada jam tiga berserulah Yesus dengan suara nyaring: ‘Eloi, Eloi, lama sabakhtani?’, yang berarti: Allahku, AllahKu, mengapa Engkau meninggalkan Aku? Mendengar itu, beberapa orang yang berdiri di situ berkata: ‘Lihat, Ia memanggil Elia.’ Maka datanglah seorang dengan bunga karang, mencelupkannya ke dalam anggur asam lalu mencucukkannya pada sebatang buluh dan memberi Yesus minum serta berkata: ‘baiklah kita tunggu dan melihat apakah Elia datang untuk menurunkan Dia.’ Lalu berserulah Yesus dengan suara nyaring dan menyerahkan nyawaNya. Ketika itu tabir Bait Suci terbelah dua dari atas sampai ke bawah” (Markus 15:34-38).

Lukas mengatakan:
“Sebab matahari tidak bersinar. Dan tabir bait suci terbelah dua. Lalu Yesus berseru dengan suara nyaring: Ya Bapa, ke dalam tanganMu kuserahkan nyawaKu.’ Dan sesudah berkata demikianIah menyerahkan nyawaNya” (Lukas 23:45-46).

Tetapi Yohanes tidak menyebutkan apapun tentang hal-hal yang fantastis ini. Dengan tidak menceritakan apa-apa tentang peristiwa-peristiwa yang begitu penting saat terjadinya, tentu saja sikap ini menggugurkan kesaksian-kesaksian lainnya, selain cerita ketiga orang itu juga bertentangan. Markus hanya menceritakan berserunya Yesus dengan suara nyaring dan tentang cariknya tirai Bait Allah di tengah, bukan dari atas ke bawah. Matius bercerita tidak sampai di situ saja melainkan berkata bahwa bumi pun gempa dan batu-batu gunung terbelah-belah, kubur-kubur terbuka dan mayat-mayat yang sudah wafat telah bangkit dan pulang ke rumahnya. Kami tegaskan kalau apa yang diterangkan oleh Matius itu benar, maka saksi-saksi lainnya telah melakukan perbuatan benar-benar tercela karena mereka tidak menceritakan peristiwa bersejarah yang begitu penting. Akan tetapi, kalau keterangan-keterangan mereka itu benar, maka keterangan yang diberikan oleh Matius berarti satu cerita tidak lebih dari pada hikayat, cerita fantasi, dan khayalan semata lagi tidak pernah ada dalam kenyataan. Berdasarkan sejarah yang tersebut kebelakangan itulah yang benar. Dalam pada itu bertentangan antara satu dengan yang lain, disebabkan keterangan-keterangan yang salah, ketiga kesaksian adalah sia-sia.

Kesembilan: Mana yang lebih dahulu, seruan keras Yesus atau cariknya tirai?

Dari keterangan-keterangan yang tersebut di atas tampak bahwa Matius dan Markus menceritakan Yesus ketika di tiang salib berseru dua kali, tetapi Lukas mengatakan, hanya satu kali. Dua yang tersebut duluan mengatakan, Yesus mengatakan “Eloi, Eloi, lama sabakhtani” waktu di tiang salib. Lukas tidak menyebut apa-apa, sedang Yohanes meninggalkan seluruh cerita. Lalu para saksi ketiga-tiganya menceritakan Yesus berseru untuk kedua kalinya, sedang Lukas mengatakan bahwa Yesus mengatakan saat itu: “Ya Bapa, ke dalam tanganmu Kuserahkan nyawaKu,” namun yang lainnya, dua saksi, tidak menyebutkannya. Selain itu para perawi (penutur) itu berselisih pendapat, apakah seruan nyaring Yesus yang kedua kali penyerahan nyawanya itu terjadi lebih dahulu ataukah tercariknya tirai Bait Suci yang terjadi lebih dulu? Dari keterangan Lukas tampak jelas bahwa cariknya tirai bait Suci lebih dahulu, baru seruan nyraing Yesus terjadi. Matius dan Markus mengatakan bahwa tirai Bait Suci terjadi sesudah Yesus berseru, bahkan dia menyerahkan nyawanya sesudah terjadi.
Kesepuluh: Kisah kesaksian kepala pasukan.

Lukas, setelah menyebut cariknya tirai Bait Suci, mengatakan:
“Ketika kepala pasukan yang berdiri berhadapan dengan Dia melihat matiNya demikian, berkatalah ia: ‘Sungguh, orang ini adalah Anak Allah!” (Markus 15:39).

Matius mengatakan:
“Kepala pasukan dan prajurit-prajuritnya yang menjaga Yesus menjadi sangat takut ketika mereka melihat gempa bumi dan apa yang terjadi, lalu berkata: “Sungguh, Ia adalah Anak Allah.” (Matius 27:54).

Ini keterangan-keterangan ketiga orang saksi tentang kesaksian kepada pasukan. Kesaksian keempat yaitu Yohanes menanggap seluruh kesaksian ini tidak benar sehingga dia anggap sepi.
Pertama, sikap Yohanes yang tidak menyinggung sama sekali masalah ini sangat mengherankan.
Kedua, keterangan-keterangan tersebut mengandung pertentangan satu dengan yang lainnya. Markus mengatakan bahwa kepala pasukan memberikan keterangan itu ketika ia melihat Yesus telah menghembuskan napas yang penghabisan.

Lukas pertama-tama memuji Tuhan, kemudian baru memberikan keterangan. Matius menceritakan adanya orang-orang lain bersama kepala pasukan. Mereka melihat gempa yang sangat mengerikan dan kemudian berseru. Selain itu kesaksian-kesaksian mereka bertentangan satu sama lain. Matius mengatakan, kepala pasukan berkata: “Sungguh orang ini benar”. Markus mengatakan, kepala pasukan mengatakan: “Sungguh, orang ini adalah Anak Allah.” Menurut Matius kepada pasukan mengatakan: “Sungguh, Ia ini adalah Anak Tuhan.” Markus menyebutkan bahwa kepala pasukan mengatakan, “Sungguh orang ini adalah Anak Tuhan.” Lukas mengatakan bahwa kepala pasukan berkata, “Sungguh orang ini adalah orang benar.” Ini semuanya merupakan perbedaan-perbedaan bertahap yang amat menarik.

Di sini muncul kesulitan di hadapah orang-orang Kristen. Kalau kesaksian satu saksi dikatakan tidak benar, maka kesaksian-kesaksian yang lainnya tentu tidak dapat dipercaya. Kalau semuanya dinyatakan benar, seperti yang dipercayai oleh orang-orang Kristen sekarang, maka harus diakui bahwa “Anak Tuhan” dan “Orang Benar” adalah kata sinonim, yaitu sama artinya. Para penulis Injil pun memakai kata “Anak Tuhan” dalam arti “Orang Benar” pula. Dengan demikian masalah “Anak Tuhan” (sonship) dengan mudah terpecahkan.

Kesebelas: Apakah ketika Yesus berseru keras, orang-orang Yahudi tahu Yesus telah wafat?

Dua saksi, Matius dan Markus, tidak memberikan keterangan apa-apa tentang masalah ini. Lukas dan Yohanes memberikan kesaksian seperti di bawah ini.

Lukas, setelah Yesus wafat dan setelah kesaksian yang diberikan kepada pasukan, menyatakan:
“Dan sesudah seluruh orang banyak, yang datang berkerumun di situ, melihat apa yang terjadi itu, pulanglah mereka sambil memukul-mukul diri. Semua orang mengenal Yesus dari dekat, termasuk perempuan-perempuan yang mengikuti Dia dari Galilea, berdiri jauh-jauh dan melihat semuanya itu” (Lukas 23:48-49).

“Karena hari itu hari persiapan dan supaya pada hari Sabat mayat-mayat itu tidak tinggal tergantung pada kayu salib – sebab hari Sabat itu adalah hari yang besar – maka datanglah orang-orang Yahudi kepada Pilatus dan meminta kepadanya supaya kaki orang-orang itu dipatahkan dan mayat-mayatnya diturunkan” (Yohanes 19:31).

Dari keterangan Yohanes ini tampak jelas bahwa orang-orang Yahudi meminta supaya kaki-kaki dipatahkan, karena mereka mengerti bahwa sampai saat-saat akhir itu Yesus belum wafat. Kalau tidak, permintaan orang-orang Yahudi itu tak ada artinya. Permintaan orang Yahudi yang begitu biadab dan brutal pada saat-saat akhir meledaklah mitos (hikayat) gempa, cariknya Bait Suci, terbukanya kubur-kubur, dan hidupnya orang-orang yang sudah mati. Dalam suasana serupa itu tidak mungkin orang-orang Yahudi mengajukan permintaan tersebut, melainkan mereka yang beriman kepada Yesus. Atau paling tidak, Pilatus akan menyesali mereka: “Kendatipun kamu sudah menyaksikan mukjizat yang begitu dahsyat, kamu malah meminta supaya kaki Yesus dipatahkan.” Dia pun akan mengatakan kepada mereka: “Takutlah kamu kepada Tuhan.”

Singkatnya, keterangan Yohanes tentang permintaan orang Yahudi tersebut menunjukkan bahwa sampai saat-saat akhir Yesus tidak mati. Tapi Lukas mengatakan, semua orang setelah menyaksikan tragedi itu pulang sambil memukul-mukul dada mereka. Semua orang ini bersama-sama perempuan-perempuan berdiri jauh-jauh menyaksikan semua kejadian itu. Di sini kami ingin mengajukan satu pertanyaan penting, yaitu: Kalau ini benar bahwa “gelaplah seluruh tanah itu” dari pukul dua belas tengah hari hingga pukul tiga petang” “cahaya matahari pun hilanglah,” “gempa bumi” pun terjadi, batu terbelah, maka bagaimana pula orang-orang yang “berdiri dari jauh” itu dapat melihat kejadian tersebut? Ini berarti bahwa “mereka menyaksikan” itu cerita yang dibuat-buat atau “gelapnya seluruh tanah” itu cerita bohong. Apabila kita teliti secara seksama, kedua cerita ini salah. Bungkamnya Matius dan Markus tentang hal ini dan Yohanes tidak menyebut-nyebut tentang kegelapan yang meliputi negeri mendukung pandangan kami.

Keduabelas: Apakah kaki Yesus dipatahkan?


Tiga saksi yang pertama tidak menyebut apa-apa tentang perkara ini; semua diam. Hanya Yohanes, setelah menceritakan tuntutan orang-orang Yahudi, mengatakan:
“Maka datanglah prajurit-prajurit lalu mematahkan kaki orang yang pertama dan kaki orang yang lain yang disalibkan bersama-sama dengan Yesus; tetapi ketika mereka sampai kepada Yesus dan melihat bahwa Ia telah mati, mereka tidak mematahkan kakiNya” (Yohanes 19:32-33).

Berarti, karena orang-orang Yahudi harus mengadakan persiapan-persiapan hari Sabat, mereka tidak dapat menunggu lebih lama. Yesus saat itu belum wafat. Mereka, pada bagian akhir pada hari yang sama, meminta kepada Pilatus untuk mematahkan kaki Yesus dan Pilatus mengabulkan permintaan mereka. Lalu orang-orang Yahudi pulang. Sekarang perkara mematahkan kaki Yesus seluruhnya berada di tangan Pilatus. Seperti telah kami terangkan, Pilatus di dalam hatinya ingin menyelamatkan nyawa Yesus. Karena itu, adalah sangat mungkin ketika mengirimkan pasukannya dia memberitahukan kepada kepala pasukan tersebut akan maksudnya agar kaki Yesus jangan dipatahkan. Kaki kedua penyamun dipatahkan, sedangkan kaki Yesus tidak. Yohanes menggambarkan mengapa tidak dipatahkan kaki Yesus:
“Maka datanglah prajurit-prajurit lalu mematahkan kaki orang yang pertama dan kaki orang yang lain yang disalibkan bersama-sama dengan Yesus; tetapi ketika mereka sampai kepada Yesus dan melihat bahwa Ia telah mati, mereka tidak mematahkan kaki-Nya.” (Yohanes 19:32-33).

Interpretasi ini hanya oleh Yohanes dikemukakan. Dia sendiri tidak berada di tempat tersebut ketika peristiwa itu terjadi. Karena itu kesaksiannya hanya merupakan cerita burung, tak mengandung arti apa-apa. Apa lagi saksi lainnya tidak tahu menahu tentang hal tersebut. Taruhlah kata-kata itu diucapkan oleh beberapa prajurit, tidak jarang orang yang pingsan dikira mati. Ini kesalahannya sendiri. Yang sebenarnya adalah, kalau ada seorang telah mengatakan yang demikian, mungkin dia adalah kepada pasukan yang secara rahsia dibisiki oleh Pilatus untuk mengalihkan perhatian prajurit-prajurit. Hal demikian ialah supaya orang yang kurang mukhlis tidak jadi curiga lalu membuka rahasia. Bila kita merenungkan cerita-cerita Injil secara seksama akan tampak dengan jelas bahwa Pilatus membuat satu rencana yang matang untuk menyelamatkan Yesus. Pada kesempatan itu dia dengan anak buahnya terpaksa melakukan satu gerak tipu. Bagaimanapun, sesuai kesaksian Yohanes, kaki Yesus tidak dipatahkan. Tiga saksi lainnya tidak mengatakan apa-apa tentang kisah ini.

Ketiga belas: Masalah keluarnya darah dan air dari pinggang/lambung Yesus.

Tiga orang saksi tidakmengatakan apapun tentang kejadian ini. Tetapi Yohanes mengatakan:
“Tetapi seorang dari antara prajurit itu menikam lambungnya dengan tombak, dan segera mengalir keluar darah dan air.” (Yohanes 19:34).

Dari perbuatan prajurit ini tampak jelas bahwa dia meragukan kematian Yesus dan dia, pada hakikatnya, tidak mengerti tentang tindakan kebijaksanaan dan taktik Pilatus. Oleh karena itu ketika dia menikam lambung Yesus maka keluarlah darah dan air. Adalah jelas keluarnya darah dan air dengan segera itu menunjukkan adanya tanda hidup dan kuatnya degupan jantung. Bagaimanapun, perbuatan prajurit itu menunjukkan bahwa Yesus sebenarnya dalam keadaan pingsan, bukan mati. Inilah yang sebenarnya.

Keempat belas: Siapa yang mengangkat tubuh Yesus dan siapa yang meletakkannya di dalam kubur?

1. Matius mengatakan:
“Dan Yusuf pun mengambil mayat itu, mengafaninya dengan kain lenan yang putih bersih, lalu membaringkannya di dalam kuburnya yang baru, yang digalinya di dalam bukit batu dan sesudah menggulingkan sebuah batu besar ke pintu kubur itu, pergilah ia” (Matius 27:59-60).

2. Markus mengatakan:
“Sesudah didengarnya keterangan kepala pasukan, ia berkenan memberikan mayat itu kepada Yusuf. Yusuf pun membeli kain kafan, kemudian ia menurunkan mayat Yesus dari Salib dan mengafaninya dengan kain lenan itu. Lali ia membaringkan Dia di dalam kubur yang digali di dalam bukit batu. Kemudian digulingkannya sebuah batu ke pintu kubur itu”. (Markus 15:45-46).

3. Lukas mengatakan:
“Dan sesudah ia menurunkan mayat itu, ia mengafaninya dengan kain lenan, lalu membaringkannya di dalam kubur yang digali dalam bukit batu, di mana belum pernah dibaringkan mayat” (Lukas 23:53).

4. Yohanes mengatakan:
“Yusuf dari Arimatea - ia murid tetapi sembunyi-sembunyi…lalu menurunkan mayat itu, juga Nikodemus datang ke situ, dialah yang mula-mula datang waktu malam kepada Yesus. Ia membawa campuran minyak mur dengan minyak gaharu, lebih kurang lima puluh kati beratnya. Mereka mengambil mayat Yesus, mengafaninya dengan kain linen dan membubuhkannya dengan rempah-rempah…karena hari itu hari persiapan orang Yahudi, sedang kubur itu tidak jauh letaknya, maka mereka meletakkan mayat Yesus ke situ” (Yohanes 19:38-42).

Tiga saksi pertama menyatakan, hanya Yusuf Arimatea seorang diri tampak mengangkat jenazahnya, mengafaninya, dan meletakkan ke dalam kubur. Saksi paling belakang, Yohanes mengatakan, Nikodemus juga ikut mengangkat jenazah, mengafani, dan meletakkannya dalam kubur.

Kelima belas: Siapakah Yusuf Arimatea itu?

1. Matius mengatakan tentang ini:
“Menjelang malam datanglah seorang kaya, orang Arimatea, yang bernama Yusuf dan yang telah menjadi murid Yesus juga” (Matius 27:57).

2. Markus mengatakan:
“Karena itu Yusuf, orang Arimatea, seorang anggota Majelis Besar yang terkemuka, yang juga menanti-nantikan kerajaan Allah, memberanikan diri menghadap Pilatus dan meminta mayat Yesus” (Markus 15:43).

3. Lukas mengatakan:
“Adalah seorang yang bernama Yusuf. Ia anggota Majelis Besar, dan seorang yang baik lagi benar. Ia tidak setuju dengan putusan dan tindakan Majelis itu. Ia berasal dari Arimatea, sebuah kota Yahudi dan ia menanti-nantikan Kerajaan Allah” (Lukas 23:50-51).

4. Yohanes mengatakan:
“Sesudah itu Yusuf dari Arimatea ia murid Yesus tetapi sembunyi-sembunyi karena takut kepada orang-orang Yahudi” (Yohanes 19:38).

Menurut Markus dan Lukas, Yusuf adalah anggota Majelis Musyarah (Sanhedrin Yahudi) yang baik lagi adil. Menurut Yohanes, Yusuf adalah murid Yesus juga, tetapi sembunyi-sembunyi, oleh sebab takutnya akan orang Yahudi. Matius mengatakan dia adalah murid Yesus juga dan terang-terangan. Bagaimanapun bentuknya, pertanyaan yang timbul ialah, Yusuf Arimatea, seorang yang karena takut dari orang-orang Yahudi tidak sanggup memperlihatkan imannya. Dalam saat-saat gawat seperti itu, ketika semua murid Yesus tidak mampu memperlihatkan kesetiaannya, bagaimana mungkin dia berani mendatangi Pilatus dan meminta kepadanya supaya menyerahkan mayat Yesus. Keterangan ini tampaknya tidak masuk akal. Cukup mengherankan bahwa Pilatus tidak bertanya, apa hubungannya dengan Yesus dan mengapa meminta mayatnya, malahan segera menyerahkan mayat kepadanya. Cukup dari satu kejadian ini saja orang-orang Kristen, kalau mau berpikir, akan mengetahui bahwa segalanya ini adalah hasil dan buah dari rencana matang dan rancangan rapi yang diciptakan oleh Pilatus. Adalah pilihan yang tepat menyerahkan jasad Yesus kepada seorang pengikut Yesus yang tak dikenal. Dengan dorongan dari Pilatus dia berani mengambil tindakan tepat dan cepat melaksanakan rencana itu.


0 komentar:

Posting Komentar



 

AllKitab Copyright © 2010 LKart Theme is Designed by Lasantha