Puji Syukur hanya kepada Allah swt.  Tuhan semesta alam yang selalu melimpahkan rahmat dan petunjukNya. Shalawat dan  salam semoga dlimpahkan  kepada junjungan kita Nabi Muhammad  saw.
Dalam membuktikan adanya Tuhan,  akal manusia hanya mampu menyimpulkan bahwa Tuhan itu ada. Adapun hal-hal yang  menyangkut seperti apa sebenarnya Tuhan itu, apa pula sifat-sifatNya, bagaimana  kita harus memperlakukanNya dan lain sebagainya akal itu hanya mampu  berspekulasi. Inilah sebabnya kenapa mesti terjadi perselisihan antar para  filosof ketika merumuskan konsep mereka tentang Tuhan. Semua hal ini hanya bisa  diketahui dari pemberitahuan dari Tuhan itu sendiri. Untuk itu, jika kita sudah  mengakui adanya Tuhan hendaknya kita berhenti mereka-reka seperti apa gerangan  bentuk Tuhan itu. Sebaliknya, yang harus kita lakukan adalah mencari  pemberitahuan dari Tuhan lewat wahyu yang terangkum dalam kitab suci. Jika sudah  menemukannya, kita harus mengujinya apakah kitab suci itu benar-benar  pemberitahuan dari Tuhan. Di sini akal manusia bisa difungsikan lagi.  Selanjutnya, jika kita melihat ke alam sekitar kita akan mendapatkan beberapa  buah kitab yang diakui sebagai berita dari Tuhan, seperti Taurat (dan seluruh  kitab Perjanjian Lama), Injil (beserta seluruh kitab Perjanjian Baru) dan  al-Quran. Kitab-kitab inilah yang harus kita buktikan apakah benar-benar berasal  dari Tuhan?. Jika sudah ditemukan kitab mana yang benar benar merupakan berita  dari Tuhan, kita harus pegang. Tugas akal kita selanjutnya adalah memahami  kandungannya dan mencari cara untuk mengaplikasikannya di alam  nyata. Sebaliknya, yang harus kita lakukan adalah mencari  pemberitahuan dari Tuhan lewat wahyu yang terangkum dalam kitab suci. Jika sudah  menemukannya, kita harus mengujinya apakah kitab suci itu benar-benar  pemberitahuan dari Tuhan. Di sini akal manusia bisa difungsikan lagi.  Selanjutnya, jika kita melihat ke alam sekitar kita akan mendapatkan beberapa  buah kitab yang diakui sebagai berita dari Tuhan, seperti Taurat (dan seluruh  kitab Perjanjian Lama), Injil (beserta seluruh kitab Perjanjian Baru) dan  al-Quran. Kitab-kitab inilah yang harus kita buktikan apakah benar-benar berasal  dari Tuhan?. Jika sudah ditemukan kitab mana yang benarbenar merupakan berita  dari Tuhan, kita harus pegang. Tugas akal kita selanjutnya adalah memahami  kandungannya dan mencari cara untuk mengaplikasikannya di alam  nyata.
Buku yang ada di hadapan kita ini adalah  salah satu contoh dari ujian yang diberikan kepada salah satu kitab kumpulan  berita dari Tuhan itu, yaitu perjanjian lama. Oleh karena itu saya menyambutnya  dengan penuh kegembiraan. Apalagi yang melakukannya adalah pemeluknya sendiri,  bahkan sarjananya -meskipun tidak berhasil menemukan kebenaran- dan yang dia uji  itu adalah naskah dalam bahasa aslinya, yaitu bahasa Ibrani. Namun demikian,  nilai buku ini tidak hanya terletak pada penulisnya yang sarjana Yahudi, tetapi  yang lebih penting lagi adalah bahwa kritikkritik yang ada di dalamnya sangat  logis, ilmiah dan argumen-argumennya cukup kuat. Jadi tanpa mengenal siapa  penulisnya pun kita bisa menilai bahwa buku ini memang berbobot. Inilah  barangkali yang mendorong seorang Prof. Dr. Hassan Hanafi, seorang tokoh sekuler  ekstrim dari Mesir untuk menerjemahkannya ke dalam bahasa Arab, meskipun tampak  jelas dari kata-kata yang dia ucapkan dalam persembahan, kata pengantar dan  catatan kaki bahwa dia berharap agar kritik semacam itu juga diterapkan kepada  AI-Qur'an, kitab suci kaum Muslimin. Saya pribadi tidak akan khawatir jika ada  yang mengkritisi al-Qur'an, sebab jika ia melakukannya dengan jujur dan  bertanggung jawab, bukanlah kesalahan yang didapatkan melainkan sebuah informasi  akurat, nasehat yang mulia, inspirasi yang tinggi, gaya bahasa yang amat Indah,  serta segala macam kemuliaan yang menjadi hak dari kalam Ilahi  yang tak terbantahkan. AI-Qur'an sendiri telah menantang manusia, bahkan kalau  perlu dibantu makhluq-makhluq lain untuk membuat tandingannya.
Atas alasan itu semua, saya menganggap  buku ini perlu dibaca, baik oleh masyarakat umum maupun masyarakat akademis.  Terakhir, semoga kita selalu mendapatkan limpahan karunia dari Allah swt.  Amin
Hj. Irena  Handono










0 komentar:
Posting Komentar