Sekarang yang masih perlu saya kemukakan ialah hasil  penelitian terhadap cerita-cerita Injil itu. Harus diingat bahwa tidak satupun  di antara penulis-penulis keempat Injil itu yang menyaksikan sendiri apa yang  terjadi pada peristiwa salib itu. Sebab, murid-murid Yesus dalam situasi yang  gawat itu lari meninggalkan Yesus di tangan musuhnya (Matius 26:56). Bahkan  sangat boleh jadi bahwa penulis-penulis Injil itu bukan murid-murid Yesus. Oleh  karena itu keterangan-keterangan yang mereka berikan hanya semata-mata  berdasarkan cerita-cerita yang mereka dengar dari orang lain. Kesaksian mereka  didasarkan pada riwayat yang didengar dari orang-orang lain itu. 
Selain itu dalam mengenai satu kejadian saja terdapat lebih  dari dua puluh perbedaan yang cukup untuk tidak mempercayai cerita-cerita itu  sendiri. Saya minta dengan hormat kepada sidang pembaca untuk menganggap dirinya  sebagai hakim mengadili perkara pembunuhan salah seorang nabi besar. Perkara ini  sangat penting karena apabila pembunuhan itu benar-benar terjadi sesuai dengan  kepercayaan orang-orang Yahudi dan Kristen, maka nabi itu terkutuk. Umat Kristen  yang mengaku Yesus telah dibunuh tidak punya saksi mata yang menyaksikan  peristiwa itu. Mereka hanya percaya pada cerita-cerita keempat penulis Injil  yang menulis berdasarkan cerita-cerita dan perkiraan-perkiraan semata dengan  memberi kesaksian yang berbeda-beda pula. Saya ingin membuktikan bahwa  cerita-cerita mereka itu bertentangan satu dengan yang lain. Menjadi  undang-undang pengadilan-pengadilan di seluruh dunia, apabila berbagai kesaksian  itu bertentangan satu dengan lainnya kesaksian itu dinyatakan gugur. 
Sekarang saya kemukakan pertentangan-pertentangan itu  sebagai berikut: 
Pertama: Siapa yang memanggul  salib ke Golgota, Yesuskah atau Simonkah? Markus menulis: 
“Pada waktu itu lewat seorang yang bernama Simon, orang Kirene, ayah  Aleksander dan Rufus, yang baru datang dari luar kota, dan orang itu mereka  paksa untuk memikul salib Yesus. Mereka membawa Yesus ke tempat yang bernama  Golgota, yang berarti: Tempat Tengkorak” (Markus 15:21-22). 
Lukas menulis: 
“Ketika mereka membawa Yesus, mereka menahan seorang yang bernama Simon  dari Kirene, yang baru datang dari luar kota, lalu diletakkan salib itu di atas  bahunya, supaya dipikulnya sambil mengikuti Yesus” (Lukas 23:26).  
Matius menulis: 
“Tetapi kejahatan apakah yang telah dilakukannya?” Namun mereka makin  keras berteriak: “Ia harus disalibkan!” (Matius 27:23). 
Yohanes memberikan keterangan yang berbeda sekali dengan  ketiga keterangan di atas, dia menulis: 
“Akhirnya Pilatus menyerahkan Yesus kepada mereka untuk disalibkan”  (Yohanes 19:16). 
Kedua: Apakah Yesus mengecap  atau tidak anggur campur atau cuka sebelum digantung di kayu salib?  
Matius menulis: 
“Maka sampailah mereka di suatu tempat yang bernama Golgota, artinya:  Tempat tengkorak. Lalu mereka memberi Dia minum anggur bercampur empedu. Setelah  Ia mengecapnya, Ia tidak mau meminumnya” (Matius 27:33-34). 
Markus menulis: 
“Lalu mereka memberi anggur bercampur mur kepadaNya, tetapi Ia  menolaknya.” (Markus 15:23). 
Dalam keterangan Matius dikatakan bahwa Yesus telah “minum  anggur bercampur empedu setelah dikecapnya, maka tiadalah Ia mau meminumnya.  Sedangkan dalam keterangan kedua (Markus) dikatakan: “tidak menerimanya”.  Akan tetapi dua saksi lainnya (Yohanes dan Lukas) tidak  menyebutkan peristiwa itu sama sekali. 
Ketiga: Cerita cuka di kayu  salib. 
Lukas tidak menyebut apa pun tentang peristiwa itu.  
Yohanes mengatakan: 
“Sesudah itu, karena Yesus tahu, bahwa segala sesuatu telah selesai,  berkatalah Ia – supaya genaplah yang ada tertulis dalam Kitab Suci : “Aku haus!”  Di situ ada suatu bekas penuh anggur masam. Maka mereka mencucurkan bunga  karang, yang telah dicelupkan dalam anggur masam, pada sebatang hisop lalu  menunjukkan ke mulut Yesus. Sesudah Yesus meminum anggur masam itu, berkatalah  Ia: “Sudah selesai.” Lalu Ia menundukkan kepadaNya dan menyerahkan nyawaNya”  (Yohanes 19:28-30). 
Markus mengatakan: 
“Dan pada jam tiga berserulah Yesus dengan suara nyaring: “Eloi, Eloi  lama sabakhtani?” yang berarti: AllahKu, AllahKu, mengapa Engkau tinggalkan Aku?  Mendengar itu, beberapa orang berdiri di situ berkata: “Lihat, Ia memanggil  Elia.” Maka datanglah seorang dengan bunga karang, mencelupkannya ke dalam  anggur asam itu dan mencucurkannya pada sebatang buluh dan memberi Yesus minum  serta berkata: “Baiklah kita tunggu dan melihat apakah Elia datang untuk  menurunkan Dia” (Markus 15:34-36). 
Matius mengatakan: 
“Mendengar itu, beberapa orang yang berdiri di situ berkata: “Ia  memanggil Elia.” Dan segeralah datang seorang dari mereka; ia mengambil bunga  karang, mencelupkannya ke dalam anggur asam, lalu mencucurkannya pada sebatang  buluh dan memberi Yesus minum. Tetapi orang-orang lain berkata: “Jangan, baiklah  kita lihat, apakah Elia datang untuk menyelamatkan Dia” (Matius 27:47-49).  
Ketiga kesaksian ini bertentangan. Yohanes mengatakan Yesus  berkata: “Aku haus”, dia sendiri menyatakan keinginannya untuk minum. Tetapi dua  saksi lagi mengatakan dia tidak minta air dan tidak pula mengatakan “Aku haus”.  Lalu Yohanes mengatakan bahwa “mereka” mengenakan lumut pada mulut Yesus. Matius  dan Markus mengubah kata “mereka” menjadi “seorang”. Antara Markus dan Matius  juga terjadi beda pendapat. Markus mengatakan, seorang yang memberi lumut, dia  mengatakan: “Janganlah, kita lihat: kalau-kalau Elias datang menyelamatkan Dia”.  Matius tidak mengatakan seorang, melainkan “mereka yang lain” yang  mengatakannya. 
Keempat: Kapan Almasih  dipantek di kayu salib? 
Matius dan Lukas tidak menerangkan secara jelas tentang  waktu dinaikkan di atas kayu salib. Tetapi Yahya (Yohanes) mengatakan:  
“Hari itu ialah hari persiapan Paskah, kira-kira jam enam. Kata Pilatus  kepada orang-orang Yahudi itu: ‘Inilah rajamu!’ Maka berteriaklah mereka:  ‘Enyahkan Dia! Enyahkan Dia! Saliblah Dia!’ Kata Pilatus kepada mereka:  ‘Haruskah aku menyalibkan rajamu?’ Jawab imam-imam kepala: ‘Kami tidak mempunyai  raja selain dari pada Kaisar!’ Akhirnya Pilatus menyerahkan Yesus kepada mereka  untuk disalibkan” (Yohanes 19:14-16). 
Riwayat-riwayat ini mengungkapkan bahwa Yesus disalibkan  sesudah pukul enam, yaitu tengahari. Tetapi Markus menerangkan yang sebaliknya.  
“Hari jam tiga ketika ia disalibkan” (Markus 15:25).  
Dalam Injil bahasa Arab di sini kata-kata itu bunyinya  adalah: 
{Tulisan arab}
Artinya: “Waktu itu pukul tiga ketika Yesus disalibkan.” Jadi,  seorang saksi mengatakan pukul enam dan seorang saksi yang lain mengatakan pukul  tiga. Dapatkah kesaksian-kesaksian ini dipercayai? 
Kelima: Apakah kedua-dua  penyamun itu menyindir Yesus? Atau cuma satu? 
Matius mengatakan: 
“Bahkan penyamun-penyamun yang disalibkan bersama-sama dengan Dia mencela  Dia juga” (Matius 24:44). 
Markus mengatakan: 
“Bahkan kedua orang yang disalibkan bersama-sama dengan Dia mencela Dia  juga.” (Markus 15:32). 
Saksi ketiga, Lukas membantah dua saksi itu, mengatakan:  
“Seorang dari penjahat yang digantung itu menghujat Dia, katanya:  ‘Bukankah Engkau adalah Kristus? Selamatkanlah dirimu dan kami! Tetapi yang  seorang menegur Dia, katanya: ‘Tidakkah Engkau takut, juga tidak kepada Allah,  sedang Engkau menerima hukuman yang sama?” (Lukas 23:39-40). 
Keterangan ketiga orang saksi ini bertentangan secara  mencolok. Dua saksi pertama mengatakan, yang mencela Yesus adalah kedua orang  yang digantung bersama dia. Saksi ketiga mengatakan, tidak, yang mencela Yesus  cuma satu orang, yang satu lagi malah membelanya. Saksi keempat yaitu Yohanes,  diam sama sekali. 
Keenam: Di mana dan berapa  wanita hadir pada peristiwa itu? 
Yohanes mengatakan: 
“Dan dekat salib Yesus berdiri ibuNya dan saudara ibuNya, Maria, isteri  kepada Klopas dan Maria Magdalena” (Yohanes 19:25). 
Lukas mengatakan: 
“Semua orang yang mengenal Yesus dari dekat, termasuk perempuan-perempuan  yang mengikuti Dia dari Galilea, berdiri jauh-jauh dan melihat semuanya itu”  (Lukas 23;49). 
Markus mengatakan: 
“Ada juga beberapa perempuan yang melihat dari jauh, diantaranya Maria  Magdalena, Maria Ibu Yakobus Muda dan Yoses, serta Salome” (Markus  15:40). 
Matius mengatakan: 
“Dan ada di situ banyak perempuan yang melihat dari jauh, yaitu  perempuan-perempuan yang mengikuti Yesus dari Galilea untuk melayani Dia. Di  antara mereka terdapat Maria Magdalena, dan Maria ibu Yakobus dan Yusuf, dan ibu  anak-anak Zebedeus” (Matius 27:55-56). 
Dari keterangan Yohanes jelas bahwa wanita-wanita itu berada  dekat “dekat kayu salib” sedangkan keterangan lainnya mengatakan, “berdiri  jauh-jauh dan melihat semuanya.” Anehnya Bunda Maria disebut hanya oleh Yohanes,  lainnya semua tidak ada yang mengatakan apa-apa. Maria Magdalena menurut  keterangan Yohanes, berada di dekat kayu salib. Menurut yang lain-lainnya,  melihat dari jauh. Perbedaan keterangan-keterangan ini seperti perbedaan antara  langit dan bumi. 
Mengenai bilangan wanita yang berada di situ juga sangat  berbeda: Apakah tiga atau empat, atau banyak? 
Ketujuh: Apakah saat itu dunia  seluruhnya diliputi kegelapan? 
Matius menerangkan: 
“Mulai dari jam dua belas kegelapan meliputi seluruh daerah itu sampai  jam tiga.” (Matius 27:45). 
Kata Markus: 
“Pada jam dua belas, kegelapan meliputi seluruh daerah itu dan  berlangsung sampai jam tiga.” (Markus 15:33). 
Lukas mengatakan: 
“Ketika itu hari sudah kira-kira jam dua belas, lalu kegelapan meliputi  seluruh daerah itu sampai jam tiga” (Lukas 23:44). 
Inilah kesaksian tiga saksi ini dan saksi keempat yaitu  Yohanes tidak menyebutkan apapun tentang kejadian ini. Diamnya Yohanes sungguh  mengherankan. Tidak masuk akal sama sekali bahwa Yohanes sebagai seorang yang  suka melebih-lebihkan itu akan diam total, tidak bercerita tentang sesuatu  mukjizat yang begitu besar. Hal ini juga menarik untuk direnungkan bahwa siapa  dia yang menceritakan kepada ketiga-tiga saksi yang begitu polos itu bahwa dunia  seluruhnya diliputi oleh suasana gelap. Keterangan mereka ini menunjukkan  jelas-jelas bahwa orang-orang ini luar biasa polosnya dan sangat lugu,  sampai-sampai mereka mengira bahwa desa mereka itulah “dunia seluruhnya”. Hal  ini juga tidak dapat dipastikan bahwa Yerusalem waktu itu diliputi kegelapan.  Namun sayang sekali sejarah tidak pernah menerangkan sesuatu yang membenarkan  cerita itu. 
Kedelapan: Hakikat seruan  Yesus dan cariknya Bait Allah. 
Matius mengatakan: 
“Kira-kira jam tiga berserulah Yesus dengan suara nyaring: ‘Eli, Eli,  lama sabakhtani?’ Artinya: AllahKu, AllahKu, mengapa Engkau meninggalkan Aku?  Mendengar itu, beberapa orang yang berdiri di situ berkata: ‘Ia memanggil Elia.’  Dan segeralah datang seorang dari mereka; ia mengambil bunga karang,  mencelupkannya ke dalam anggur asam, lalu mencucukkannya pada sebatang buluh dan  memberi Yesus minum. Tetapi orang-orang lain berkata: ‘Jangan, baiklah kita  lihat, apakah Elia datang untuk menyelamatkan Dia.’ Yesus berseru pula dengan  dengan suara nyaring lalu menyerahkan nyawaNya. Dan lihatlah, tabir Bait Suci  terbelah dua dari atas sampai ke bawah dan terjadilah gempa bumi, dan  bukit-bukit batu terbelah, dan kuburan-kuburan terbuka dan banyak orang kudus  yang telah meninggal bangkit” (Matius 27:46-52). 
Matius mengatakan: 
“Dan pada jam tiga berserulah Yesus dengan suara nyaring: ‘Eloi, Eloi,  lama sabakhtani?’, yang berarti: Allahku, AllahKu, mengapa Engkau meninggalkan  Aku? Mendengar itu, beberapa orang yang berdiri di situ berkata: ‘Lihat, Ia  memanggil Elia.’ Maka datanglah seorang dengan bunga karang, mencelupkannya ke  dalam anggur asam lalu mencucukkannya pada sebatang buluh dan memberi Yesus  minum serta berkata: ‘baiklah kita tunggu dan melihat apakah Elia datang untuk  menurunkan Dia.’ Lalu berserulah Yesus dengan suara nyaring dan menyerahkan  nyawaNya. Ketika itu tabir Bait Suci terbelah dua dari atas sampai ke bawah”  (Markus 15:34-38). 
Lukas mengatakan: 
“Sebab matahari tidak bersinar. Dan tabir bait suci terbelah dua. Lalu  Yesus berseru dengan suara nyaring: Ya Bapa, ke dalam tanganMu kuserahkan  nyawaKu.’ Dan sesudah berkata demikianIah menyerahkan nyawaNya” (Lukas  23:45-46). 
Tetapi Yohanes tidak menyebutkan apapun tentang hal-hal yang  fantastis ini. Dengan tidak menceritakan apa-apa tentang peristiwa-peristiwa  yang begitu penting saat terjadinya, tentu saja sikap ini menggugurkan  kesaksian-kesaksian lainnya, selain cerita ketiga orang itu juga bertentangan.  Markus hanya menceritakan berserunya Yesus dengan suara nyaring dan tentang  cariknya tirai Bait Allah di tengah, bukan dari atas ke bawah. Matius bercerita  tidak sampai di situ saja melainkan berkata bahwa bumi pun gempa dan batu-batu  gunung terbelah-belah, kubur-kubur terbuka dan mayat-mayat yang sudah wafat  telah bangkit dan pulang ke rumahnya. Saya tegaskan kalau apa yang diterangkan  oleh Matius itu benar, maka saksi-saksi lainnya telah melakukan perbuatan  benar-benar tercela karena mereka tidak menceritakan peristiwa bersejarah yang  begitu penting. Akan tetapi, kalau keterangan-keterangan mereka itu benar, maka  keterangan yang diberikan oleh Matius berarti satu cerita tidak lebih dari pada  hikayat, cerita fantasi, dan khayalan semata lagi tidak pernah ada dalam  kenyataan. Berdasarkan sejarah yang tersebut kebelakangan itulah yang benar.  Dalam pada itu bertentangan antara satu dengan yang lain, disebabkan  keterangan-keterangan yang salah, ketiga kesaksian adalah sia-sia. 
Kesembilan: Mana yang lebih  dahulu, seruan keras Yesus atau cariknya tirai? 
Dari keterangan-keterangan yang tersebut di atas tampak  bahwa Matius dan Markus menceritakan Yesus ketika di tiang salib berseru dua  kali, tetapi Lukas mengatakan, hanya satu kali. Dua yang tersebut duluan  mengatakan, Yesus mengatakan “Eloi, Eloi, lama sabakhtani” waktu di tiang salib.  Lukas tidak menyebut apa-apa, sedang Yohanes meninggalkan seluruh cerita. Lalu  para saksi ketiga-tiganya menceritakan Yesus berseru untuk kedua kalinya, sedang  Lukas mengatakan bahwa Yesus mengatakan saat itu: “Ya Bapa, ke dalam tanganmu  Kuserahkan nyawaKu,” namun yang lainnya, dua saksi, tidak menyebutkannya. Selain  itu para perawi (penutur) itu berselisih pendapat, apakah seruan nyaring Yesus  yang kedua kali penyerahan nyawanya itu terjadi lebih dahulu ataukah tercariknya  tirai Bait Suci yang terjadi lebih dulu? Dari keterangan Lukas tampak jelas  bahwa cariknya tirai bait Suci lebih dahulu, baru seruan nyraing Yesus terjadi.  Matius dan Markus mengatakan bahwa tirai Bait Suci terjadi sesudah Yesus  berseru, bahkan dia menyerahkan nyawanya sesudah terjadi. 
Kesepuluh: Kisah kesaksian  kepala pasukan. 
Lukas, setelah menyebut cariknya tirai Bait Suci,  mengatakan: 
“Ketika kepala pasukan yang berdiri berhadapan dengan Dia melihat matiNya  demikian, berkatalah ia: ‘Sungguh, orang ini adalah Anak Allah!” (Markus  15:39). 
Matius mengatakan: 
“Kepala pasukan dan prajurit-prajuritnya yang menjaga Yesus menjadi  sangat takut ketika mereka melihat gempa bumi dan apa yang terjadi, lalu  berkata: “Sungguh, Ia adalah Anak Allah.” (Matius 27:54). 
Ini keterangan-keterangan ketiga orang saksi tentang  kesaksian kepada pasukan. Kesaksian keempat yaitu Yohanes menanggap seluruh  kesaksian ini tidak benar sehingga dia anggap sepi. 
Pertama, sikap Yohanes yang tidak menyinggung sama sekali  masalah ini sangat mengherankan. 
Kedua, keterangan-keterangan tersebut mengandung  pertentangan satu dengan yang lainnya. Markus mengatakan bahwa kepala pasukan  memberikan keterangan itu ketika ia melihat Yesus telah menghembuskan napas yang  penghabisan. 
Lukas pertama-tama memuji Tuhan, kemudian baru memberikan  keterangan. Matius menceritakan adanya orang-orang lain bersama kepala pasukan.  Mereka melihat gempa yang sangat mengerikan dan kemudian berseru. Selain itu  kesaksian-kesaksian mereka bertentangan satu sama lain. Matius mengatakan,  kepala pasukan berkata: “Sungguh orang ini benar”. Markus mengatakan, kepala  pasukan mengatakan: “Sungguh, orang ini adalah Anak Allah.” Menurut Matius  kepada pasukan mengatakan: “Sungguh, Ia ini adalah Anak Tuhan.” Markus  menyebutkan bahwa kepala pasukan mengatakan, “Sungguh orang ini adalah Anak  Tuhan.” Lukas mengatakan bahwa kepala pasukan berkata, “Sungguh orang ini adalah  orang benar.” Ini semuanya merupakan perbedaan-perbedaan bertahap yang amat  menarik. 
Di sini muncul kesulitan di hadapah orang-orang Kristen.  Kalau kesaksian satu saksi dikatakan tidak benar, maka kesaksian-kesaksian yang  lainnya tentu tidak dapat dipercaya. Kalau semuanya dinyatakan benar, seperti  yang dipercayai oleh orang-orang Kristen sekarang, maka harus diakui bahwa “Anak  Tuhan” dan “Orang Benar” adalah kata sinonim, yaitu sama artinya. Para penulis  Injil pun memakai kata “Anak Tuhan” dalam arti “Orang Benar” pula. Dengan  demikian masalah “Anak Tuhan” (sonship) dengan mudah terpecahkan. 
Kesebelas: Apakah ketika Yesus  berseru keras, orang-orang Yahudi tahu Yesus telah wafat? 
Dua saksi, Matius dan Markus, tidak memberikan keterangan  apa-apa tentang masalah ini. Lukas dan Yohanes memberikan kesaksian seperti di  bawah ini. 
Lukas, setelah Yesus wafat dan setelah kesaksian yang  diberikan kepada pasukan, menyatakan: 
“Dan sesudah seluruh orang banyak, yang datang berkerumun di situ,  melihat apa yang terjadi itu, pulanglah mereka sambil memukul-mukul diri. Semua  orang mengenal Yesus dari dekat, termasuk perempuan-perempuan yang mengikuti Dia  dari Galilea, berdiri jauh-jauh dan melihat semuanya itu” (Lukas 23:48-49).  
“Karena hari itu hari persiapan dan supaya pada hari Sabat mayat-mayat  itu tidak tinggal tergantung pada kayu salib – sebab hari Sabat itu adalah hari  yang besar – maka datanglah orang-orang Yahudi kepada Pilatus dan meminta  kepadanya supaya kaki orang-orang itu dipatahkan dan mayat-mayatnya diturunkan”  (Yohanes 19:31). 
Dari keterangan Yohanes ini tampak jelas bahwa orang-orang  Yahudi meminta supaya kaki-kaki dipatahkan, karena mereka mengerti bahwa sampai  saat-saat akhir itu Yesus belum wafat. Kalau tidak, permintaan orang-orang  Yahudi itu tak ada artinya. Permintaan orang Yahudi yang begitu biadab dan  brutal pada saat-saat akhir meledaklah mitos (hikayat) gempa, cariknya Bait  Suci, terbukanya kubur-kubur, dan hidupnya orang-orang yang sudah mati. Dalam  suasana serupa itu tidak mungkin orang-orang Yahudi mengajukan permintaan  tersebut, melainkan mereka yang beriman kepada Yesus. Atau paling tidak, Pilatus  akan menyesali mereka: “Kendatipun kamu sudah menyaksikan mukjizat yang begitu  dahsyat, kamu malah meminta supaya kaki Yesus dipatahkan.” Dia pun akan  mengatakan kepada mereka: “Takutlah kamu kepada Tuhan.” 
Singkatnya, keterangan Yohanes tentang permintaan orang  Yahudi tersebut menunjukkan bahwa sampai saat-saat akhir Yesus tidak mati. Tapi  Lukas mengatakan, semua orang setelah menyaksikan tragedi itu pulang sambil  memukul-mukul dada mereka. Semua orang ini bersama-sama perempuan-perempuan  berdiri jauh-jauh menyaksikan semua kejadian itu. Di sini kami ingin mengajukan  satu pertanyaan penting, yaitu: Kalau ini benar bahwa “gelaplah seluruh tanah  itu” dari pukul dua belas tengah hari hingga pukul tiga petang” “cahaya matahari  pun hilanglah,” “gempa bumi” pun terjadi, batu terbelah, maka bagaimana pula  orang-orang yang “berdiri dari jauh” itu dapat melihat kejadian tersebut? Ini  berarti bahwa “mereka menyaksikan” itu cerita yang dibuat-buat atau “gelapnya  seluruh tanah” itu cerita bohong. Apabila kita teliti secara seksama, kedua  cerita ini salah. Bungkamnya Matius dan Markus tentang hal ini dan Yohanes tidak  menyebut-nyebut tentang kegelapan yang meliputi negeri mendukung pandangan kami.  
Keduabelas: Apakah kaki Yesus  dipatahkan? 
Tiga saksi yang pertama tidak menyebut apa-apa tentang  perkara ini; semua diam. Hanya Yohanes, setelah menceritakan tuntutan  orang-orang Yahudi, mengatakan: 
“Maka datanglah prajurit-prajurit lalu mematahkan kaki orang yang pertama  dan kaki orang yang lain yang disalibkan bersama-sama dengan Yesus; tetapi  ketika mereka sampai kepada Yesus dan melihat bahwa Ia telah mati, mereka tidak  mematahkan kakiNya” (Yohanes 19:32-33). 
Berarti, karena orang-orang Yahudi harus mengadakan  persiapan-persiapan hari Sabat, mereka tidak dapat menunggu lebih lama. Yesus  saat itu belum wafat. Mereka, pada bagian akhir pada hari yang sama, meminta  kepada Pilatus untuk mematahkan kaki Yesus dan Pilatus mengabulkan permintaan  mereka. Lalu orang-orang Yahudi pulang. Sekarang perkara mematahkan kaki Yesus  seluruhnya berada di tangan Pilatus. Seperti telah kami terangkan, Pilatus di  dalam hatinya ingin menyelamatkan nyawa Yesus. Karena itu, adalah sangat mungkin  ketika mengirimkan pasukannya dia memberitahukan kepada kepala pasukan tersebut  akan maksudnya agar kaki Yesus jangan dipatahkan. Kaki kedua penyamun  dipatahkan, sedangkan kaki Yesus tidak. Yohanes menggambarkan mengapa tidak  dipatahkan kaki Yesus: 
“Maka datanglah prajurit-prajurit lalu mematahkan kaki orang yang pertama  dan kaki orang yang lain yang disalibkan bersama-sama dengan Yesus; tetapi  ketika mereka sampai kepada Yesus dan melihat bahwa Ia telah mati, mereka tidak  mematahkan kaki-Nya.” (Yohanes 19:32-33). 
Interpretasi ini hanya oleh Yohanes dikemukakan. Dia sendiri  tidak berada di tempat tersebut ketika peristiwa itu terjadi. Karena itu  kesaksiannya hanya merupakan cerita burung, tak mengandung arti apa-apa. Apa  lagi saksi lainnya tidak tahu menahu tentang hal tersebut. Taruhlah kata-kata  itu diucapkan oleh beberapa prajurit, tidak jarang orang yang pingsan dikira  mati. Ini kesalahannya sendiri. Yang sebenarnya adalah, kalau ada seorang telah  mengatakan yang demikian, mungkin dia adalah kepada pasukan yang secara rahsia  dibisiki oleh Pilatus untuk mengalihkan perhatian prajurit-prajurit. Hal  demikian ialah supaya orang yang kurang mukhlis tidak jadi curiga lalu membuka  rahasia. Bila kita merenungkan cerita-cerita Injil secara seksama akan tampak  dengan jelas bahwa Pilatus membuat satu rencana yang matang untuk menyelamatkan  Yesus. Pada kesempatan itu dia dengan anak buahnya terpaksa melakukan satu gerak  tipu. Bagaimanapun, sesuai kesaksian Yohanes, kaki Yesus tidak dipatahkan. Tiga  saksi lainnya tidak mengatakan apa-apa tentang kisah ini. 
Ketiga belas: Masalah  keluarnya darah dan air dari pinggang/lambung Yesus. 
Tiga orang saksi tidakmengatakan apapun tentang kejadian  ini. Tetapi Yohanes mengatakan: 
“Tetapi seorang dari antara prajurit itu menikam lambungnya dengan  tombak, dan segera mengalir keluar darah dan air.” (Yohanes 19:34).  
Dari perbuatan prajurit ini tampak jelas bahwa dia meragukan  kematian Yesus dan dia, pada hakikatnya, tidak mengerti tentang tindakan  kebijaksanaan dan taktik Pilatus. Oleh karena itu ketika dia menikam lambung  Yesus maka keluarlah darah dan air. Adalah jelas keluarnya darah dan air dengan  segera itu menunjukkan adanya tanda hidup dan kuatnya degupan jantung.  Bagaimanapun, perbuatan prajurit itu menunjukkan bahwa Yesus sebenarnya dalam  keadaan pingsan, bukan mati. Inilah yang sebenarnya. 
Keempat belas: Siapa yang  mengangkat tubuh Yesus dan siapa yang meletakkannya di dalam kubur?  
1.  Matius mengatakan: 
“Dan  Yusuf pun mengambil mayat itu, mengafaninya dengan kain lenan yang putih bersih,  lalu membaringkannya di dalam kuburnya yang baru, yang digalinya di dalam bukit  batu dan sesudah menggulingkan sebuah batu besar ke pintu kubur itu, pergilah  ia” (Matius 27:59-60). 
2. Markus mengatakan: 
“Sesudah didengarnya keterangan kepala pasukan, ia berkenan memberikan  mayat itu kepada Yusuf. Yusuf pun membeli kain kafan, kemudian ia menurunkan  mayat Yesus dari Salib dan mengafaninya dengan kain lenan itu. Lali ia  membaringkan Dia di dalam kubur yang digali di dalam bukit batu. Kemudian  digulingkannya sebuah batu ke pintu kubur itu”. (Markus 15:45-46).  
 
3.  Lukas mengatakan: 
“Dan  sesudah ia menurunkan mayat itu, ia mengafaninya dengan kain lenan, lalu  membaringkannya di dalam kubur yang digali dalam bukit batu, di mana belum  pernah dibaringkan mayat” (Lukas 23:53). 
4. Yohanes mengatakan: 
“Yusuf dari Arimatea - ia murid tetapi sembunyi-sembunyi…lalu menurunkan  mayat itu, juga Nikodemus datang ke situ, dialah yang mula-mula datang waktu  malam kepada Yesus. Ia membawa campuran minyak mur dengan minyak gaharu, lebih  kurang lima puluh kati beratnya. Mereka mengambil mayat Yesus, mengafaninya  dengan kain linen dan membubuhkannya dengan rempah-rempah…karena hari itu hari  persiapan orang Yahudi, sedang kubur itu tidak jauh letaknya, maka mereka  meletakkan mayat Yesus ke situ” (Yohanes 19:38-42). 
Tiga saksi pertama menyatakan, hanya Yusuf Arimatea seorang  diri tampak mengangkat jenazahnya, mengafaninya, dan meletakkan ke dalam kubur.  Saksi paling belakang, Yohanes mengatakan, Nikodemus juga ikut mengangkat  jenazah, mengafani, dan meletakkannya dalam kubur. 
Kelima belas: Siapakah Yusuf  Arimatea itu? 
1. Matius  mengatakan tentang ini: 
 
“Menjelang  malam datanglah seorang kaya, orang Arimatea, yang bernama Yusuf dan yang telah  menjadi murid Yesus juga” (Matius 27:57). 
2.  Markus mengatakan: 
 
“Karena itu Yusuf, orang Arimatea, seorang anggota Majelis Besar yang  terkemuka, yang juga menanti-nantikan kerajaan Allah, memberanikan diri  menghadap Pilatus dan meminta mayat Yesus” (Markus 15:43). 
3. Lukas  mengatakan: 
 
“Adalah  seorang yang bernama Yusuf. Ia anggota Majelis Besar, dan seorang yang baik lagi  benar. Ia tidak setuju dengan putusan dan tindakan Majelis itu. Ia berasal dari  Arimatea, sebuah kota Yahudi dan ia menanti-nantikan Kerajaan Allah” (Lukas  23:50-51). 
4. Yohanes  mengatakan: 
 
“Sesudah itu  Yusuf dari Arimatea ia murid Yesus tetapi sembunyi-sembunyi karena takut kepada  orang-orang Yahudi” (Yohanes 19:38). 
Menurut Markus dan Lukas, Yusuf adalah anggota Majelis  Musyarah (Sanhedrin Yahudi) yang baik lagi adil. Menurut Yohanes, Yusuf adalah  murid Yesus juga, tetapi sembunyi-sembunyi, oleh sebab takutnya akan orang  Yahudi. Matius mengatakan dia adalah murid Yesus juga dan terang-terangan.  Bagaimanapun bentuknya, pertanyaan yang timbul ialah, Yusuf Arimatea, seorang  yang karena takut dari orang-orang Yahudi tidak sanggup memperlihatkan imannya.  Dalam saat-saat gawat seperti itu, ketika semua murid Yesus tidak mampu  memperlihatkan kesetiaannya, bagaimana mungkin dia berani mendatangi Pilatus dan  meminta kepadanya supaya menyerahkan mayat Yesus. Keterangan ini tampaknya tidak  masuk akal. Cukup mengherankan bahwa Pilatus tidak bertanya, apa hubungannya  dengan Yesus dan mengapa meminta mayatnya, malahan segera menyerahkan mayat  kepadanya. Cukup dari satu kejadian ini saja orang-orang Kristen, kalau mau  berpikir, akan mengetahui bahwa segalanya ini adalah hasil dan buah dari rencana  matang dan rancangan rapi yang diciptakan oleh Pilatus. Adalah pilihan yang  tepat menyerahkan jasad Yesus kepada seorang pengikut Yesus yang tak dikenal.  Dengan dorongan dari Pilatus dia berani mengambil tindakan tepat dan cepat  melaksanakan rencana itu. 











0 komentar:
Posting Komentar