Buku yang ada di hadapan Anda ini adalah  terjemahan dari bagian kritik kitab Taurat dan Perjanjian Lama dari buku Spinoza  yang berjudul Tractatus Theologico-Politicus yang diterjemahkan oleh  Prof. Dr. Hassan Hanafi ke dalam bahasa Arab dengan judul Risalah fil lahut  was siyasah. Terjemahannya dalam bahasa Indonesia barangkali Tesis Tentang  Teologi Dan Politik. Kandungan umum dari buku ini, sebagaimana diungkapkan oleh  Spinoza di awal bukunya adalah penjelasan bahwa kebebasan berpikir tidak  membahayakan takwa dan negara. Atau dalam kata lain, Spinoza ingin memadukan  agama dengan akal atau dengan politik.
Sedang masalah yang kita terjemahkan ini  dia bahas mulai fasal tujuh hingga fasal sebelas yang dalam terjemahan ini  sengaja disesuaikan. Fasal tujuh diubah menjadi fasal satu, fasal delapan  menjadi fasal dua dan demikian selanjutnya.
Menurut penerjemah, bobot kritik kitab  suci yang ada dalam buku ini terletak pada penulisnya yang dari kalangan Yahudi  sendiri, periode penulisannya yang cukup awal, naskahnya yang dikritik yaitu  naskah asli berbahasa Ibrani, keilmiahan dan kedetailannya. Khusus dua poin  terakhir ini, pembaca bebas memberikan penilaiannya sendiri.
Selanjutnya, dalam pengantar ini akan  kami sampaikan sekilas tentang Spinoza, Taurat dan Perjanjian Lama serta sekilas  tentang kandungan kritik ini.
Spinoza
Baruch Spinoza (1632-1677): filosof dan  teolog Yahudi rasionalis. Filosof terpenting dalam peradaban barat modern. Tokoh  kritik kitab suci. Filosof dan teolog Yahudi terbesar yang pernah melakukan  analisa kritis terhadap teks-teks kitab-kitab Perjanjian Lama. Hidup di Belanda.  Lahir dari ibu-bapa Yahudi Spanyol-Portugis (Andalusia). Setelah menetap di  Amsterdam, mereka berdua masuk dalam jajaran pimpinan umat Yahudi dan pedagang  besar di sana. Kegiatan pokoknya adalah mengimpor barang.
Pada abad ketujuh belas (abad  Spinoza), Yudaisme Robi (atau Talmud) (Rabinical [Talmudic]  Judaism)1 mulai  diterpa Krisis yang mampu  merobohkan sendi-sendinya. Akibatnya, Yudaisme aliran ini pun hanya dianut oleh  sebagian kecil umat Yahudi di seluruh dunia. Sedang sisanya menganut berbagai  macam aliran lain (seperti Yudaisme rekonstruksionisme) yang tidak ada  hubungannya sama sekali dengan Vudaisme Rabbinikal. Pada masa ini,  kondisi para robi memang sangat memprihatinkan. Mereka selalu sibuk mengeluarkan  bidah-bidah pribadi dari teksteks kitab suci lalu meligitimasinya dengan  kedaulatan tuhan, menafsirkan kitab suci menurut hawa nafsu, memonopoli  penafsiran kitab suci, memaksa orang lain untuk menerima pendapat pribadi  mereka dan bergelimang dalam khurafat dan takhayul.
Adapun ciri terpenting dari krisis itu  adalah dianutnya aliran Kabbalah, terutama Kabbalah Lurian (Lurianic  Kabbalah)2 oleh mayoritas umat Yahudi Eropa  yang sebenarnya sudah mulai sejak pertengahan abad ke-16. Spinoza menganggap  tutisan Kabbalah ini sebagai bualan-bualan yang membuat rasa herannya  tidak habishabis. Meski begitu, menurut Abdul Wahhab al-Masiry, aliran yang  merupakan suatu bentuk panteisrne emanasi monoisme3 ini sangat mempengaruhi Spinoza dan anggota komunitas-komunitas  Yahudi lain, terutama dalam pandangan mereka terhadap alam.
Masa-masa pendidikan Spinoza, dilalui  dengan caracara tradisional. Mempelajari Talmud. Tetapi tafsirantafsiran  kabbalah ternyata sudah jauh menyusup ke dalam Yeshiva (Sekolah  Talmud Tinggi). Akibatnya, tafsirantafsiran Talmud pun banyak diwarnai oleh  pikiran-pikiran kabbalah lurian ini. Membaca tulisan-tulisan Musa bin  Maimun (Moses Maimonide), Ibnu Ezra (Aben Ezra), Hisdai bin Shaprut, Musa bin  Hanuh, Ibnu Naghrilah (Samuel Hanajid), filsafat sufi Ibnu Jabirul; dan  karyakarya pemikir Yahudi Andalusia lain.
Dari tulisan-tulisan Musa bin Maimun,  Spinoza berkenalan dengan pikiran-pikiran Ibnu Rusyd. Sedang dari  tulisan-tulisan Ibnu Ezra (Aben Ezra) yang sering dia nukil dalam buku yang ada  di hadapan kita ini, diduga mengenal pikiran-pikiran Ibnu Hazm al-Andalusi. Ibnu  Hazm adalah ulama Muslim klasik yang pernah membahas Alkitab dengan metode -yang  menurut saya- paling ilmiah. Ibnu Ezra dan Ibnu Hazm adalah warga kota yang  sama, yaitu Granada. Ibnu Ezra hidup seratus tahun setelah Ibnu Hazm wafat.  Karena Ibnu Hazm cukup terkenal, sedang Ibnu Ezra juga seorang imam Yahudi,  menurut saya sangat kecil kemungkinan, jika tidak mengenal debat-debat Ibnu Hazm  dengan imam-imam Yahudi pada masanya dan tulisantulisan utamanya, yaitu:  Al-Fishal dan Ar-Raddu `ala Ibni Naghrilah (Bantahan Terhadap Ibnu  Naghrilah4 Lalu, karena Spinoza seperti kita  sebutkan tadi pernah membaca tulisan-tulisan Ibnu Ezra, di samping itu dia juga  termasuk keluarga Andalusia imigran, besar kemungkinan dia juga mengenal  pikiran-pikiran kritis Ibnu Hazm dari Ibnu Ezra ini. Hal ini saya sampaikan,  melihat adanya kemiripan antara analisa kritis Spinoza terhadap kitab suci  dengan analisa kritis Ibnu Hazm.
Kembali ke pokok pembicaraan semula,  selain mempelajari Talmud, tulisan-tulisan Musa bin Maimun, Ibnu Ezra dan  pemikir-pemikir Yahudi Andalusia lain, Spinoza juga mempelajari bahasa Latin.  Tetapi sebelum itu dia sudah mengusai bahasa Spanyol, Portugal, Ibrani, Perancis  dan Italia. Suatu hal yang membukakan cakrawala yang cukup luas bagi dirinya.  Pada gilirannya dia pun bisa mempelajari pikiran renaissance Eropa,  membaca karya-karya Rene Descartes (Rene Dekart) dan Thomas Hobbes -dua orang  yang meninggalkan pengaruh yang cukup jauh ke dalam dirinya- juga menguasai  pikiran Gordano Bruno yang memiliki warna emanasi panteisme yang cukup  jelas.
Tampaknya, sejak semula Spinoza sudah  menyiapkan diri untuk menjadi robi (hakham). Tetapi di kemudian hari,  jalan hidupnya ini ternyata berbalik. Dia malah diusir dari Jemaat Yahudi  Amsterdam setelah dituduh ateis karena pikiran-pikirannya tentang kitab suci dan  akidah-akidah Yahudi. Sebelum diusir, dia masih sempat disuap oleh para robi  agar menyembunyikan pikiran-pikirannya itu. Tetapi menolak dan bersikeras untuk  menyiarkannya. Akhirnya keputusan itu pun dia terima dengan senang hati meskipun  tidak memeluk agama baru. Dia cukup meninggalkan Amsterdam dan hidup jauh dari  perkampungan Yahudi. Namanya dia ganti dengan Benedictus, yaitu padanan Yunani  dari kata Ibrani "Baruch" yang berarti "Yanq diberkati" (dalam  bahasa Arab "Mubarak"). Mulai saat itu dia hidup dari membuat lensa  mata.
Dalam hidupnya, Spinoza hanya  menerbitkan dua buku. Yang satu dengan membubuhkan namanya, yaitu buku  Dasar-dasar Filsafat Descartes dan yang satu lagi tidak, yaitu buku  Tractatus Theolgico-Politicus (Tesis Tentang Teologi Dan Politik), buku  yang sebagiannya kita terjemahkan ini. Sedang buku-bukunya yang lain, seperti  Etika, Studi Politik, Perbaikan Akal, beberapa buah tesis dan Gramatika Ibrani  diterbitkan setelah dia wafat.
Filsafat Spinoza bersifat komprehensif.  Mencakup pembahasan tentang agama dan dunia, etika dan perasaan, manusia dan  alam serta individu dan masyarakat. Secara garis besar, struktur pikiran itu  berputar pada tiga unsur, yaitu: tuhan, alam dan manusia kemudian hubungan  antarketiganya. Dalam hal ini, Spinoza menganut paham panteisme, yaitu kesatuan  tuhan, alam dan manusia.
Catatan  :
 
Ada tiga catatan  kaki: yang satu dari Spinoza, yang kedua dari Hassan Hanafi dan yang ketiga dari  penerjemah bahasa Indonesia. Yang  pertama kami beri tanda: Sp, yang kedua kami beri  tanda: H.H., sedang yang terakhir tidak kami beri tanda. Untuk ayat-ayat  Alkitab, meskipun ada juga dalam terjemahan Arab tidak kami beri tanda:  H. H.
1). Yudaisme  resmi.
2). Dalam hahasa Ibrani kata Kabbalah  berarti tradisi. Sejak abad XII Masehi, kata ini menunjukkan kepada aliran  sufi Yahudi yang timbul karena reaksi dari aliran rasionalis yang  dipelopori oleh Musa bin Maimun.
Kabbalah  menafsirkan Taurat secara sirnbolik. Menurut mereka. di  samping makna literal, teks kitab suci mempunyai makna batin yang hanya  diketahui oleh para salikin (peniti jalan batin). Selanjutnya, metode  penafsiran mereka ini berlandaskan pada dasar-dasar berikut:
-  Penggantian: penggantian suatu huruf abjad dengan huruf abjad lain berdasarkan kaedah tertentu.
 -  Penjumlahan nilai nominal suatu huruf atau kata. Dari jumlah ini disimpulkan suatu makna. Misalnya dua kata pertama dalam kitab Kejadian mempunyai nilai nominal 1116 yang kita dapatkan dalam kalimat berikut: diciptakan pada awal tahun. Yakni penciptaan alam semesta telah selesai pada awal tahun Yahudi.
 -  Indikasi inisial. Yakni setiap huruf dari kata dianggap awal huruf dari kata lain. Misalnya struktur kata Adam mengandung huruf alif (berarti Adam), dal (berarti Daud) dan mim (berarti Masih). Jadi kata Adam mengandung maksud: Masih putra Adam dan Daud.
 
Selanjutnya. di  samping takwilan kebatian yang kita temukan juga dalarn kalangan Syiah, terutama  sekte Ismaliah ini, kelompok ini juga mempercayai adanya inkarnasi, nujum, sihir  dan membaca rajah tangan.
Sedang  Kabbalah Lurian adalah salah satu dari dua alirannya. Lurian diambil dari  pendirinya Ishak Luria (Isaac l'aveugle) dari kota Nimes di Perancis Selatan.  Sedang alirannya yang lain adalah adalah Kabbalah Zolrar-.
3).  Wihdat  al-wuj
4). Ibnu Naghrilah adalah menteri Yahudi pada salah satu  pemerintahan Islam di Andalusia. Pernah mengarang buku yang berisi cacian  terang-terangan terhadap Islam dan kitab sucinya. Buku inilah dibalas oleh lbnu  Hazm.









0 komentar:
Posting Komentar